Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2015

Puan yang Bermimpi Memiliki Seribu Bayang

Puan yang bermimpi memiliki seribu bayang itu tumpah di hadapan hari. Ia tak tahu bagaimana jalan sempit dilewati dan setiap kepala saling memasuki kepala-kepala lain. Kepala yang jika dirombak isinya tak lebih dari tulang belulang dan kusut otak yang lupa dipakai. Si puan harus memilih dan siap dengan segala arah, sebab diam tak jauh dari mati dan melangkah pun tak berarti memperpanjang nadi. Bayang adalah mimpi yang ditinggalkan oleh pemiliknya di masa silam, juga adalah pengejar yang tak pernah sampai. Sedang si puan adalah pencari setiap hal, genap dan ganjil bukan alasan. Lalu dimana harus ia gandakan setiap bayang yang pernah ditinggalkan di masa silam?, yang selalu mengejarnya namun tak pernah sampai, yang selalu ditariknya namun tak pernah tergapai. Seribu adalah nilai yang ingin dicapai si puan untuk menggenapkan kisahnya menuju kesempurnaan.

Ramadhan dan Kedewasaan

Ramadhan sudah datang. Begitu katanya. Waktu yang selalu dirindukan untuk menikmati berkahNya bersama keluarga di rumah. Ya, rumah adalah tempat remah-remah kisah ditanam dan dipetik kala tiba waktu jumpa. Ramadhan kali ini tidak rumah. Beragam kegiatan dan kewajiban menuntut untuk tetap tinggal di tanah perjuangan. Ramadhan yang mendewasakan. Lelah memang, tapi hidup tetap mesti berjalan. Sudah seharusnya banyak belajar dan belajar banyak. Terlebih masih diberikan kesempatan. Menjelang bulan Ramadhan, waktu dihabiskan memikirkan gas karbon dioksida, aktivasi lumpur lapindo, menghancurkan zeolit, titrasi, salah, asistensi, rapat, bertemu dengan masyarakat, membuat power point, monitoring dan evaluasi, penghijauan, markisa, anjang-anjang, dan yang akan dimulai, kerja praktik. Sangat terasa. Selamat datang di akhir semester 6. 19 Juni 2015, kesekian kalinya berkunjung ke rumah sakit. Saya tidak pernah merasa bergembira saat berkunjung ke rumah sakit. Melewati IGD, lorong, ruang ad

Pada Akhirnya

Sudah berapa tahun tinggal, Fai? Adakalanya berubah, sebab hidup mesti berkembang. Adakalanya keras kepala, sebab setiap kepala mempunyai prinsip. Pada akhirnya kau harus berhadapan dengan kepala-kepala yang berbeda prinsip itu. Pada akhirnya kau harus menerapkan "pelajaran" saling menghargai yang diajarkan di PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) di Sekolah Dasar dulu. Masih bersikap idealis kah?. Pada akhirnya si idealis harus lebih realistis, Fai. Buka mata. Terlalu banyak hal yang menyenangkan untuk dilakukan dibandingkan dengan kesempurnaan itu sendiri. Proses. Berproseslah dengan baik, nikmati terjalnya. Nikmati sakitnya. Sungguh itu luar biasa rasanya. Masih tidak suka melakukan hal-hal dibawah tekanan?. Masih tidak suka melakukan hal-hal yang tidak disukai?. Pada akhirnya kau harus melakukannya. Sebab itu kewajiban. Sebab sebagian darinya adalah amanah. Apakah amanah salah memilih puan?. Amanah boleh salah memilih puan, tetapi Tuhan tak pernah