Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2014

29 Januari, Hari ini

       29 Januari . Ingat tanggal ini, aku menjadi ingat teman terbaik,sahabat juga saudaraku. Rizkiy Amaliyah Barakwan. Yups!,doi lagi ulang tahun. Syukur Alhamdulillah ya kiy tahun ini bisa melewati pergantian usia di rumah tercinta.   Hehehe (“Hehehe” niru gaya sms Rizkiy ). Gak seperti tahun lalu, yang galau di kost eyang GW 38. Galau yang harusnya masih menikmati liburan perdana dalam perkuliahan, tapi udah kerajinan balik kos gara-gara sesuatu . Hahaha.. ingat kan?. Akhirnya tepat pagi hari di 29 Januari 2013 balik lagi ke kota masing-masing. Rizkiy Amaliyah Barakwan , atau yang akrab disapa rizkiy, lia atau semprul (panggilan yang paling belakang cuma bercanda loh ya..hehe) gak jarang jadi bahan bullyan aku dan Lucky Caesar Direstiyani (LUCY ya bukan LUSI). Rasanya senang bisa punya teman kaya Rizkiy. Buaik puoll, doi juga gampang dibully. Hahaha...anaknya polos, nggak neko-neko, pokonya baik banget. Walaupun awal ketemu di graha dulu, aku kira dia sedikit cuek. Hehe..m

Anak-anak didalam Kulkas

Anak-anak yang bersembunyi di dalam kulkas itu kegerahan sampai kencing di celana. Apa kau tak lelah memburunya? Gemertak giginya menyanyikan irama hujan. Mengajakmu berlayar dalam botol susu sisa semalam. Ikutlah. Basi susu masih sangat nikmat dalam haus dan lengang perut yang kerontang. Atau kau hanya ingin menyelami terowongan masanya? Masa-masa perutnya menjadi kepulan gas yang akan menerbangkannya ke bulan? Anak-anak yang bersembunyi di dalam kulkas tertawa mendengar siulanmu begitu lihai seperti abjad-abjad yang berkeliaran di pinggir jalan. Kau lucu,katanya. Seperti pelawak yang menari dengan maksud tak jelas dalam kotak-kotak hitam. Anak-anak yang bersembunyi senang berperosot di atas kopyahmu. Mungkin sampai kau tertatih saat kakinya tak sengaja menyentuh bibir kelabumu. Kaki-kaki tak beralas tapi masih berhutan. Sebab hutan dan anak-anak masih saling bergandengan, tak seperti kau dan abjad-abjad yang bersembunyi di dalam kulkas,yang selalu menghindar,saling menin

Botol Pandora

Namaku pandora, botol-botol yang kau lahirkan tak sengaja Kalau aku digugurkan, lalu ditanam didalam butiran kemerahan, beribu teman tak mampu menyelesaikan, mati kekenyangan Hidupku begitu lama, bahkan usiamu tak mampu menutupnya Aku tak mau punya saudara, sebab ibuku terlalu keriput menungguku mati bersama dalam senjanya Rambut gersangnya, tak mampu menutupi kentut yang kau keluarkan Baunya berkeliaran, bahkan ke ujung jempol kakinya yang rumpang Tubuh kurusnya, tak bisa mengandung benih yang kau hasilkan Usiaku beratus cahaya, tapi matanya kian redup tak bernyawa Karenanya aku ingin kau lekas membunuhku Sebab aku begitu mencintai ibu

Menemui Sesuatu

Aku ingin kau menjemputku menemui sesuatu yang sudah ada sejak masa lalu bahkan sebelum tempat ini dimuntahkan pada abad-abad yang berantakan Dia selalu tau semua bising bahkan yang kau sebut hening Tangan KananNya akan menjemputmu yang merangkak tak mau Katakan padanya, putarlah lagu yang merdu agar kau nyaman berjalan melewati jembatan menuju sungai yang kau inginkan

Lelaki Kecil yang ditebas Lehernya

Kau bilang kau harus membeliku Lalu berapa harga yang kau mampu? Aku hanya punya sebidang hati yang cukup disantap sekali Kalau kau mau, ambillah! Beku darahnya akan membawamu menyelami masaku Kau akan bertemu lelaki kecil yang oleh ayahnya ditebas lehernya Lelaki dengan dua bayang, berkaki empat pada tidur panjang yang pertama Tidur yang menerbitkan kuncup-kuncup bunga yang tak pernah mati dalam perangkap usia Sekali dalam setiap kematian kalender, aku dibunuh dan selalu kembali Menyalami kumandang nyanyian di piringmu yang putih Nikmatilah aku, bunga yang mekar di mimpi yang diceritakan

Lelaki Akar

Sebenarnya apa yang sedang disiram dua sumber pada daun wajahmu itu,hingga setiap aku melempar mata, hanya celurit bara yang kau suguhkan. Aku tak pernah menitipkan janji pada angin,tapi kenapa   kau masih menungguku di depan toko kelontong setiap waktu. Apa hanya rute itu yang kau hafal? Ini pertanyaan retoris,dan aku harap kau tak akan menjawabnya. Sebab aku tau, lumut tubuhmu mengakar menembus tembok-tembok jantungku. Lalu aliran darah akan mempertemukan kita pada denyut nadi yang hening. Sehening udara di pagi yang merekah, waktu aku terbiasa menangkap basah embun dan menerbangkannya kembali. Aku tak pernah bertemu lagi dengan remahan pagiku saat akarmu kian kuat meretakkan bilikku.

Tikus yang Berkuda

Tikus yang berkuda di kamarku berbaju biru. Kupingnya dua, mekar seperti kerang. Kerang yang terbuka dan tertutup menghasilkan mutiara hitam Tikus yang bertopi kuning menunggang dengan riang. Decak sepatu kuda menimbulkan irama disetiap pengantar tidurku yang tersangkut di ujung malam. Sesekali bunyi pistol berlepasan ke plavon kamar. Aku terkaget-kaget sampai harus bersembunyi di kolong kasur yang tak nyaman. Tikus yang berbulu mata lentik, tertawa puas. Menyembulkan pecut ke udara. Semakin larut, semakin kencang larinya. Ia mengejarku. Membuatku terpojok di sudut ruang ini. Aku lemparkan galon, kipas angin, lemari, meja belajar, buku mikrobiologi, kaca, gantungan baju, tapi apa daya, ia   tetap berlari ke arahku. Aku mulai lelah. Dan kuraih kitab pemberian ayah, terbata membaca dalam nafas yang patah-patah. Tikus yang berkuda. Api berkobar membelainya. Lecutan peluru terhenti, sepatu kuda terlepas, menembus dinding kamar. Aku yang lelah tak sadarkan diri. Kitab d

Pintu Waktu

Pintu merah jambu ini telah ditutup pada kelopak malammu dengan daun yang silih berganti gugur dan tumbuh pada pucuk hati yang tak menentu Kau lemparkan senyum, lambaian tangan, mengantarmu pergi dengan koper usang. Aku sama sekali tak ingin mengejarmu Sebab aku harus memasuki pintu waktu baru menyusun glicocalyx Hingga aku mampu bertahan dalam tiupan yang menggoyahkan Roket ini yang membawaku kemari Menikmati perjalanan waktu Melewati jendela-jendela dengan berbagai cerita Tentang perempuan pelukis bianglala dengan sisa darahnya Ia tambahkan beberapa bubuk pewarna rahasia Ini rahasiaku dengannya dan aku tak ingin mengatakannya perempuan itu memberiku kunci ini dan aku akan bermalam sampai aku benar-benar melekat diantara warna yang tak akan pucat

Lelaki yang Kembali

Aku ini lelaki yang kembali Dari pengembaraan Bersama misi kehidupan Aku sudah tidak perjaka Sebab aku telah mempersunting putri laut Putri yang tubuhnya bersisik keemasan Dengan rambut tergerai memerah Berhiaskan mutiara kerang Ia mengajakku mengunjungi rumahnya Kota sederhana yang bisa berperahu Melayari penjuru dunia Ada ibu laut dan ayah laut Ibu laut yang berdaster batik Sedang ayah laut bersafari coklat Bersepeda ke kantor urusan agama mengantarku mengucap janji suci untuk putrinya Aku telah menjadi lelaki laut Kumisku diganduli plankton yang bermain Selepas belajar di sekolah Dan aku membawanya kemari Sebagai bukti bahwa aku benar-benar kembali Aku ini lelaki laut yang tak takut pasang surut hidup