: Keluarga Fai Yah, aku tengah mendaki. Ingin berlari, tapi tak bisa. Dan aku merangkak. Sebab aku masih ingat, di puncak sana ada titik yang aku tanam. Sekeping mimpi dalam tekad bulat. Bulat, tidak satu tapi banyak. Polkadot yang menemaniku merangkak. Kalau lelah datang dan ingin menyerah, satu per satu bulatnya akan meninggalkanku. Ah, ini tak boleh terjadi. Yah, dimana aku harus beristirahat? Menikmati perbekalan yang ibu bawakan untukku. Sebatang coklat, sebotol susu. Sungguh pasangan yang serasi. Layaknya kau dan ibu. Rupanya ibu cukup romantis melambangkan cintamu dan cintanya padaku. Jalannya semakin menanjak,yah. Hampir saja aku terjatuh. Dan sekali lagi ini tak boleh terjadi. Kalau tidak, aku tak akan mendapatkan apa-apa atas apa yang telah aku tanam. Yah, dari kejauhan kepingan itu muncul perlahan dari rumah di puncak gunung. Tepat seperti yang kita harapkan. Rumah di puncak gunung. Di sekelilingnya ada danau juga hutan yang begitu teduh. Tak ada mobil, tak ada
adalah mata yang siap mengantarkan garis pada tak hingga : KATAKATA