Hari ini adalah sembilan terakhir aku menemuimu sejak enam hari yang lalu. Hari yang aku catat lamat-lamat dan kudapat dari para penujum. Hari magis yang manis. Legit pada sembilan pertama saat bajumu bergaris seperti kue lapis. Aku suka menikmati sederhana wanginya. Seperti bau pandan yang dibawa musang pada sembilan kedua. Baju yang kemudian berganti hitam bersemu hijau yang para penujum tak bisa menerka artinya. Seperti aku yang bingung harus melecutkan busur ini kemana. Hari ini adalah sembilan terakhir saat aku tak ingin lagi menemuimu. Saat langit memerah dan menyisakan bulan setengah. Bulan, yang mau atau tidak mau harus aku bagi denganmu. Bulan, yang akan aku kirim lewat travel pada kuncup lelap yang belum genap. Selamat bertemu suatu saat nanti pada sembilan yang lain di suatu tempat yang aku siapkan dengan gugusan gurindam, dengan baju yang sama, saat aku tak ingin lagi berucap kata, dan hanya semesta yang mampu merekamnya juga menyanyikannya padamu.
adalah mata yang siap mengantarkan garis pada tak hingga : KATAKATA