Dan bagaimana saya menjadi tidak rindu. Ketika semuanya berjalan dan tak terkendalikan. Sebegitu angkuhkah waktu hingga kau sengaja menyeret semua yang ada pada diri juga kenangan. Saya rindu kejujuran. Sebegitu angkuhkah waktu saat hampir semua yang kau lihat tak lebih dari sekedar kebohongan belaka. Bukankah jujur lebih menenangkan hati?. Saya rindu kepolosan dan ketulusan. Ketika tangan menggenggam dan memeluk semua yang membutuhkan. Atau merelakan bahu untuk bersandar walaupun sejenak. Begitu angkuhkah waktu hingga kau pandai sekali menyibukkan makhluk di bumi ini?. Hai, waktu. Bukan kau yang kusebut sahabat, yang siap meninggalkan tanpa pesan. Begitu angkuhkah kau hingga selalu mengikuti jejak langkah dan mengantarkan pada tumpukan tugas yang tak pernah usai?. Saya rindu sahabat. Saya rindu menatap gemintang dan bulan yang merekah di langit merah di hari yang awal. Kusebut ia Pollux. Saya rindu bermain atau mungkin sekedar melipat kertas menjadi bintang. Hai sahabat, ak
adalah mata yang siap mengantarkan garis pada tak hingga : KATAKATA