Aku berkejaran dalam desingan peluru di dadamu. Sesekali ia berhenti. Tapi kau terus berlecutan tak peduli. Aku diam. Tapi masih sempat beterbangan dalam kepalamu. Aku bisa menari. Meniru gaya angin memenuhi bumi ini. Aku bisa terpecah menjadi lebih dari 99 bayangan yang sama sekali tak kau mengerti. Ya! Aku memenuhi setiap jengkal ruang yang kau miliki. Tiba-tiba kau bertanya dari sampan kelabumu , Apa yang kumau dari bidang tubuhmu itu? Lalu masuk ke dalam genta dan merasuk ke sekujur badanku. Aku mencernanya, lalu memuntahkan kepadamu. Kau menghirupnya, kembali berdesingan ,seakan tak mengerti. Aku terpecah,kau merasukiku. Diam-diam kereta kelinci menjemput dari pintu warna warni. Aku menaikinya dengan nyanyian wortel biru muda. Kau juga. Kita berkelana melewati abjad-abjad yang mengapung di malam buta, disana ada gambarku meniup seruling polkadot jingga. sedang kau menangkapi irama dan membiarkan tubuhmu meresap sekenanya. Kita membu
adalah mata yang siap mengantarkan garis pada tak hingga : KATAKATA