Aku ingin melukiskan tanahku di ruang ini. Dengan pagar merah yang sederhana, juga beranda yang begitu teduh bagi penghuninya. Satu set kursi kayu akan menyambut yang tandang dengan lapang. Ada ayah,ibu, dan adik yang senantiasa meramaikan tanah itu. Bukalah pintunya! Engkau akan menemukan jendela lain yang akan mengantarmu ke segi-segi dunia. Berbagai alphabet yang akan menemanimu menjelajah mimpi. Bila pagi menjelang, seorang perempuan akan menggedor jendela kamarmu,dan berkata “bukalah jendelanya, biarkan sang mentari berkunjung ke kamarmu!” lalu suara lain yang menggedor pintu kamar mandi, lantaran adik yang terlalu menikmati segar air pagi hari nyaris telat untuk menimba ilmu. Juga suara kendaraan ayah meninggalkan tanah kami, hendak menanam puji untuk bekal esok hari. Bila siang menjemput, Si merah semakin meninggi. Sekelompok layang-layang hidup menyerbu biji emas petani. Sedang orang-orangan sawah terus menari mengikuti irama riang angin siang. Dari balik kejau
adalah mata yang siap mengantarkan garis pada tak hingga : KATAKATA