Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Tanahku, Aku rindu...

Aku ingin melukiskan tanahku di ruang ini. Dengan pagar merah yang sederhana, juga beranda yang begitu teduh bagi penghuninya. Satu set kursi kayu akan menyambut yang tandang dengan lapang. Ada ayah,ibu, dan adik yang senantiasa meramaikan tanah itu. Bukalah pintunya! Engkau akan menemukan jendela lain yang akan mengantarmu ke segi-segi dunia. Berbagai alphabet yang akan menemanimu menjelajah mimpi. Bila pagi menjelang, seorang perempuan akan menggedor jendela kamarmu,dan berkata “bukalah jendelanya, biarkan sang mentari berkunjung ke kamarmu!” lalu suara lain yang menggedor pintu kamar mandi, lantaran adik yang terlalu menikmati segar air pagi hari nyaris telat untuk menimba ilmu. Juga suara kendaraan ayah meninggalkan tanah kami, hendak menanam puji untuk bekal esok hari. Bila siang menjemput, Si merah semakin meninggi. Sekelompok layang-layang hidup menyerbu biji emas petani. Sedang orang-orangan sawah terus menari mengikuti irama riang angin siang. Dari balik kejau

Di Pasar Muka

Di pasar muka, Tak sedikit yang bertelanjang dada Ada yang pasang muka ceria juga tangis sumur mata Ada yang menguliti tubuhnya, yang pantas dan tak pantas Tak ada batas Tua, muda, remaja, dewasa, guru, murid, dokter, pasien, pedagang pun ada Bebas berkunjung sembarang jam yang disuka Tak banyak yang punya kotak pandora sebab semua bebas berkata Di pasar muka, apa yang tak ada?

Kita

: PengSu Kita saling menunggu Siapa yang akan bertegur sapa terlebih dahulu Memang aku tak bisa banyak berharap Sebab aku tak menanam harap Aku ingin segera menemuimu Tapi kau acuh padaku Apa kau tak tertarik padaku? Melewati empat angka yang akan terasa lebih berat setahun lagi Lalu kapan kita akan bertemu? Setahun lagi? Sudah kubilang, Aku suka menunggu Apa lagi yang ditunggu acuh padaku Kau harus tau Empat itu lebih dari dua dan ia akan lebih berat setahun lagi Ah, kau ini Sudahlah terserah kau saja Aku akan menemui yang lain hari ini Berbagi cerita tentang seroja yang muncul di benak mimpi selamat berjumpa, setahun lagi…

Untuk Tuan Merah Jambu

Selamat malam, tuan merah jambu… Pertemuan itu terlalu singkat untuk aku jabarkan. Dunia nyata yang hanya sekelebat saja. Kau mereka-reka. Dinginkah aku?  oh.. tentu tidak.. introvertkah? Melankoliskah? ah, tak perlu dijawab..aku lebih suka menjadi misterius Semuanya berlanjut dalam dunia maya yang sama sekali tidak memberi kepastian tentang aku juga kau. Tak apa, tak terlalu penting. Menjadi perahu saja. Mengikuti arus tapi harus berpegang kendali. Tentang surat ini, aku hanya ingin mencicil hutangku padamu. Hutang janji. Dimana janji itu memang hutang. Entah kapan aku bisa melunasinya. Aku terlalu bingung sendiri, tuan merah jambu. Ya beginilah aku. Bertanya dan mereka-reka sendiri. Sebut sajalah monolog. Sebab aku tak terlalu berani untuk menggali lebih dalam tentangmu. Maaf, aku tak mau lancang. Banyak hal yang aku pelajari tentangmu. Ah, tuan merah jambu. Sedikit menyebalkan. Ya, mungkin itu memang pembawaanmu. Sedikit sanguinis mungkin. Ya, mungk